Krisis Mata Uang Rupiah

Krisis Mata Uang Rupiah

Akhir-akhir ini nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets (negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya.

Mengapa Nilai Tukar Rupiah Melemah?

Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor eksternal selain faktor internal, seperti defisit neraca transaksi berjalan. Banyak pengaruhnya dari faktor eksternal, contohnya rencana AS untuk mengurangi stimulus moneter dan kondisi harga-harga komoditi yang masih terkoreksi di 2013, serta penurunan hasil ekspor Indonesia. Selain itu, merosotnya pergerakan rupiah lebih didukung kecenderungan melambatnya ekonomi negara-negara berkembang, seperti China dan India. Sedangkan dengan negara-negara maju terjadi pemulihan ekonomi.

Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.

Kenapa investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering disebut adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi Quantitative Easing (QE). Karenanya, nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial lain di AS akan naik.Faktor berikutnya yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor.

Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini juga berkaitan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sementara pelemahan rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Apabila harga BBM naik otomatis inflasi naik dan suku bunga negatif akhirnya investor cabut. Dari sisi kurs anjlok otomatis investor akan rugi sehingga mereka harus menarik diri dari pasar modal. melemahnya pasar modal Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Dampak Melemahnya Rupiah

Dinamika ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.

Banyak pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia, Pertama adalah konsumen, terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua  pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga adalah  para usahawan yang berorientasi pada pasar dalam negeri.  Keempat rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan penyusutan pasar dalam negeri.

Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing.
uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah.

Akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalam negeri.
Solusi

 

Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar – benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.
Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
Namun di sisi lain, Arif menegaskan ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan defisit neraca djasa bisa ditekan.
Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor. Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif. Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan dimulai dari barang mewah.
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat.

 

Azizah ramadhani        (041311233221)

Shella kurniawati r       (041311233261)

Regina nugraha              (041311233269)

 

Melemahnya nilai tukar rupiah

Melemahnya nilai tukar rupiah

Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran barang atau jasa pada saat kini atau di kemudian hari. Nilai tukar merupakan salah satu indicator kondisi perekonomian suatu negara. Ketidakstabilan nilai tukar dalam beberapa waktu lalu cenderung memperlihatkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar semakin melemah , hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain :

 

  • Neraca perdagangan tahun ini defisit karena lebih besar impor daripada ekspor.
  • Neraca transaksi berjalan juga mengalami defisit karena pembayaran-pembayaran utang luar negeri yang banyak jatuh tempo.
  • Cadangan devisa yang menurun , Saat ini, cadangan devisa Indonesia per Agustus 2013 tercatat sekitar 97 miliar dollar AS, jumlahnya terus menurun dari nilai sebelumnya di awal tahun USD 106 Milyar .
  • Beberapa kebijakan ekonomi pemerintah tidak cukup efektif dalam mengatasi masalah ini .
  • Para petinggi negeri yang bertanggung jawab atas ekonomi sibuk dengan urusannya masing-masing (politik).
  • Budiono sibuk menghadapi skandal Bank Century, Hatta Rajasa sibuk politik, Gita Wirjawan sibuk konvensi Partai Demokrat. Hal ini menyebabkan kondisi perekonomian Pada 2014 semakin auto pilot.
  • Meningkatnya kebutuhan dollar karena adanya pembayaran barang2 impor serta pembayaran utang yang jatuh tempo pada akhir bulan dari perusahaan-perusahaan di Indonesia

Kesimpulannya Indonesia diambang kesulitan ekonomi yang serius.

 

Dari penurunan nilai tukar rupiah sendiri, akan berpengaruh dengan ekonomi makro di indonesia. Secara garis besar, ada tiga hal yang mempengaruhi yaitu :

  • Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah dan meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
  • Meningkatnya tingkat suku bunga, hal ini akan berdampak pada perubahan investasi di Indonesia.
  • Terjadinya Inflasi berkepanjangan akibat komsumsi  masyarakat  yang meningkat dan likuiditas berlebih di pasar.
  • Meningkatnya harga komoditi impor , karena sebagian besar harganya ditentukan dengan dollar.

 

 

 

 

 

 

 

Hal ini mencerminkan kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia untuk saat ini sedang terhambat meskipun masih bisa diatasi dengan berbagai kebijakan dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Beberapa kebijakan yang sudah diambil pemerintah dalam hal ini antara lain adalah :

  • Memperbaiki deficit neraca perdagangan dengan mendorong tingkat ekspor dan memberikan keringanan pajak pada industry tertentu.
  • Menjaga pertumbuhan ekonomi dengan memastikan deficit APBN tetap sebesar 2,38% dan menjaga agar pembiayaan aman.
  • Menjaga daya beli masyarakat, dengan mengubah tata niaga daging sapi dan holtikultura.
  • Mempercepat investasi dengan mengoptimalkan system layanan terpadu satu pintu untuk perizinan investasi.

Semua kebijakan pemerintah diatas cenderung memberikan efek dalam jangka panjang. Namun , pemerintah tidak sendirian , kebijakan bank sentral juga turut membantu dalam menstabilkan kembali nilai tukar rupiah yakni mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5 persen dan  memutuskan suku bunga lending facility tetap berada di level 7,5 persen , begitu pula dengan suku bunga deposit facility yang bertahan di posisi 5,75 persen. Hal ini mengarahkan inflasi mencapai 4,5 persen plus-minus 1 persen. Hal ini diharapkan bisa menjaga dan menguatkan kembali nilai tukar rupiah ke bawah level Rp 12.000 per dolar AS jika didukung oleh menurunnya permintaan dolar AS.

Menurut kami , isu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar haruslah disikapi dengan tenang oleh baik pemerintah maupun bank sentral. Meskipun berpengaruh pada stabilitas perekonomian dan mempengaruhi daya beli masyarakat , hal ini dapat diatasi jika pemerintah dan bank sentral mau mengeluarkan kebijakan yang saling mendukung satu sama lainnya , tidak berjalan sendiri sendiri, apalagi kebijakan saat ini yang telah diambil bank sentral sudah sangat efektif , tinggal pemerintah saja yang mendukung dengan menjaga permintaan dollar AS tetap dalam batas aman.

 

 

 

Nama kelompok :

1. Mohamad Rijal Iskandar Zhulqurnain 041311233236

2. Reza Ahmad Fauzi 041311233234

3. Ikbar Kustiawan Putra 041311233230

Isu Melemahnya Nilai Tukar Rupiah 3 (Penyebab, Dampak, dan Solusi)

Nama Kelompok              :

1. Vinsensia Gabriella Merry W. P.            ( 041311233274 )

2. Akmala Faradiba                                          ( 041311233275 )

3. Putri Nurfa Ayuning Tyas                         ( 041311233278 )

Tema                                     : Isu Melemahnya Nilai Tukar Rupiah (Penyebab, Dampak, dan Solusi)

Studi Kasus                        : www.tempo.co/read/news/2013/12/16/087537740/Rupiah-Berpotensi-       Melemah-Lagi

 

Saat ini, ekonomi Indonesia sedang di uji. Nilai tukar rupiah melemah hingga mencapai Rp12.200,00. Namun tidak hanya berhenti disini, nilai rupiah bisa makin melemah. Hal ini dapat dipicu oleh beberapa hal, salah satunya adalah tidak seimbangnya neraca perdagangan Indonesia. Saat ini, pemerintah lebih banyak melakukan impor bahan pangan. Padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan hasil buminya. Namun, Indonesia saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar tentu saja akan memperburuk kondisi perekonomian kita.

Menurut kami, ada beberapa penyebab dari melemahnya nilai tukar rupiah. Yang  pertama neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit. Neraca perdagangan yang defisit disebabkan karena saat ini, Indonesia lebih banyak melakukan impor daripada ekspor. Tentu saja, pengeluaran pemerintah Indonesia menjadi semakin banyak, padahal pemasukan pemerintah tidak sebanyak pengeluarannya.

Kedua, banyaknya utang luar negeri. Karena pemasukan negara kita tidak sebanyak dengan pengeluaran, pemerintah pun harus berhutang. Saat ini, utang pemerintah Indonesia telah banyak yang memasuki jatuh tempo.

Ketiga, kebijakan pemerintah yang tidak efektif. Kebijakan pemerintah sebenarnya banyak, namun kebijakan yang ada tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini di sebabkan banyak petinggi yang sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga mereka semua tidak dapat bekerja sama secara maksimal untuk mengatasi berbagai masalah yang ada. Tidak hanya itu saja, naiknya harga pangan juga salalh satu penyebabnya. Indonesia merupakan negara agraris, namun Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Hal ini bisa disebabkan karena adanya hambatan cuaca sehingga terjadi kelangkaan pada beberapa produk. Hambatan cuaca ini mngakibatkan terlambatnya panen dan terhambatnya distribusi karena banjir. Misalnya saja cabai yang harganya naik hingga mencapai harga Rp 60.000,00/kg. Ini tentu saja sangat memprihatinkan dan memaksa pemerintah untuk melakukan impor cabai.

Kenaikan BBM pun adalah salah satu faktor terbesar yang menyebabkan inflasi, karena apabila harga BBM naik, bisa di pastikan semua sektor yang ada akan mengalami kenaikan harga. Jika tidak segera ditangani, tidak menutup kemungkinan nilai tukar rupiah terhadap dollar akan terus melemah. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan pun harus segera mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi hal ini.

Dampak yang di timbulkan dari naiknya nilai tukar rupiah, menurut kami adalah pertumbuhan ekonomi terhambat. Akibat adanya inflasi ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan menjadi terganggu, banyak pembangunan fasilitas yang akan terbengkalai dan terhambat prosesnya.

Kedua, masyarakat kecil menjadi semakin sulit. Masyarakat yang berpenghasilan rendah pastinya akan merasakan dampak dari inflasi ini, harga kebutuhan pokok menjadi tinggi, namun hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan mereka.

Ketiga, Industri kecil yang tidak mampu bertahan akan bangkrut serta harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Oleh karena itu sekarang hampir semua barang produksi di indonesia harganya mengalami kenaikan, karena untuk memproduksinya mereka juga membutuhkan biaya yang lebih tinggi dari biasanya yang penyebabnya adalah nilai tukar rupiah terus meningkat, sehingga untuk menjualnya ke konsumen para produsen juga harus meningkatkan harganya supaya mereka tidak mengalami kerugian.

Itu adalah sebagian kecil dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya inflasi , masih banyak dampak yang akan membuat Indonesia semakin terpuruk dengan kondisi perekonomian yang seperti ini. Pemerintah sebaiknya dapat mengambil langkah yang tepat dengan memilah mana kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

Solusinya menurut kami adalah dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem perekonomian Indonesia. Pemerintah memiliki banyak kebijakan ekonomi, namun tidak dapat berjalan dengan baik di lapangan. Hal ini disebabkan karena para petinggi negara saat ini lebih fokus pada “Pesta Demokrasi” tahun depan. Seharusnya, jika memang mereka mengabdi untuk negara, mereka harus tetap mengutamakan kepentingan negeri ini.

Kedua, meminimalkan impor dan mengutamakan ekspor. Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya alam yang jika dapat di olah dengan baik, seharusnya dapat memberi banyak manfaat bagi negara ini, namun karena kurangnya perhatian pemerintah, hasilnya pun tidak dapat menjadi maksimal.

Dan yang terakhir, memaksimalkan para pelaku industri kecil. Mereka adalah asset bagi perekonomian Indonesia, namun karena kurangnya perhatian dari pemerintah mereka menjadi tidak berdaya menghadapi kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Banyak yang bangkrut. Pemerintah seharusnya dapat membantu dengan memberikan pinjaman kepada mereka agar usahanya dapat terus berjalan dan berkembang baik.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat dilakukan untuk menekan tingkat inflasi yang terjadi saat ini. Menurut kami, ketiga solusi tersebut adalah hal yang paling penting untuk dapat melakukan perubahan yang lebih baik bagi perekonomian Indonesia.

Isu Melemahnya Nilai Tukar Rupiah 2 (Penyebab, Dampak dan Solusi Pemecahan)

Isu Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

(Penyebab, Dampak dan Solusi Pemecahan)

Penyebab dan Dampak

Jakarta – Akhir-akhir ini Negara Indonesia kita ini dilanda oleh berbagai macam masalah. Mulai dari tingginya tingkat kasus korupsi, hingga melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah. Melemahnya nilai Rupiah ini adalah permasalahan perekonomian Negara yang kini sedang kita hadapi di Indonesia. Namun, apakah yang menyebabkan nilai Rupiah menurun? Nilai tukar Rupiah melemah karena tingginya penawaran dibandingkan permintaan atas uang Rupiah. Nilai tukar mata uang sangat dipengaruhi atas permintaan dan penawaran atas mata uang tersebut. Apabila permintaan atas suatu mata uang meningkat, sedangkan penawaran atasnya tetap atau berkurang, maka nilai tukar mata uang tersebut tentunya akan naik, begitu pula sebaliknya.

Akan tetapi, apakah yang membuat penawaran atas Rupiah begitu tinggi, sementara nilai permintaannya rendah? Hal ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, keluarnya sebagian besar investasi asing dari Indonesia. Hal ini dikarenakan investor menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang Negara lain untuk di investasikan ke Negara tersebut. Dengan hilangnya sebagian investor asing dari Indonesia menyebabkan berkurangnya permintaan atas mata uang rupiah. Adapun indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing ini dapat dilihat dari indeks Harga Saham Gabungan atau disebut juga HSG yang cenderung menurun seiring dengan menurunnya nilai Rupiah. Kedua, ialah neraca perdangangan Indonesia yang defisit, yakni nilai Ekspor Indonesia yang lebih kecil dari nilai Impornya. Dinamika Ekspor dan Impor memang sangat berdampak kepada nilai mata uang. Hal ini karena saat kita melakukan kegiatan Ekspor, maka permintaan atas mata uang Rupiah akan meningkat, karena Negara tujuan secara tidak langsung menukarkan mata uangnya dengan mata uang Negara Eksportir. Sebaliknya, kegiatan Impor akan menurunkan permintaan atas mata uang Rupiah dan menaikkan penawarannya sehingga nilai tukar Rupiah pun menurun.

Salah satu dampak dari melemahnya nilai rupiah adalah berubahnya harga komoditi Impor, baik obyek konsumsi maupun alat produksi. Harga komoditi Impor biasanya dipatok dengan mata uang Negara asal, maka apabila nilai mata uang Negara tujuan Impor jatuh, maka harga komoditi Impor pun akan meningkat. Sebagai contoh, misal di nilai tukar Rupiah di Indonesia turun sekitar 14% dari nilai US Dollar (9000), maka nilai US Dollar pun meningkat menjadi sekitar 10.250 Rupiah, dan harga komoditi Impor pun meningkat sebesar 14%. Kemudian, harga barang-barang Impor di mall, toko, maupun makanan di restoran dan kafe pun meningkat drastis dan semakin memperpuruk perekonomian Indonesia.

Solusi Pemecahan

Dengan adanya masalah menurunnya nilai tukar Rupiah di atas dengan penyebab dan dampaknya,  tentunya kita telah mengetahui dengan jelas bahwa nilai Rupiah mungkin akan lebih jatuh lagi apabila tidak ada tindakan penyelesaian yang efektif dan efisien. Salah satu solusi yang dapat kita peroleh adalah dengan memancing investor-investor asing untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah. Investor asing yang menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan tawaran yang menarik dan meyakinkan.

Selain itu, penyebab utama menurunnya nilai ekspor dan naiknya nilai impor ini adalah masalah paling besar di Negara ini. Kurangnya pengelolaan sumberdaya, kurangnya variasi produk asli Indonesia, hingga kebutuhan warga Negara Indonesia yang terpancing dengan Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Bangsa Eropa, bahkan bangsa Asia lainnya seperti Jepang, Korea, dan China yang mendominasi gaya hidup dan fashion, namun meninggalkan produk buatan Negaranya sendiri ini sangat perlu diperhatikan pemerintah. Warga Indonesia kini senantiasa mengkosumsi produk-produk impor yang terkesan mewah dibandingkan produk karya anak bangsa yang kualitasnya tak jauh beda. Pakaian, Aksesoris, Kendaraan, Makanan dan Minuman, semuanya telah didominasi dengan produk-produk asing. Sebagai contoh, warga Indonesia cenderung mengkosumsi makanan-makanan fast food khas Negara Barat seperti Mc Donalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan lain sebagainya dibandingkan makanan khas Indonesia seperti Pecel, Soto, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pakaian, pakaian bermerk dari luar tentunya lebih disukai dibandingkan merk lokal yang kualitasnya tidak jauh beda dari merk-merk luar tersebut.

Pemerintah seharusnya memperhatikan produksi khas Indonesia dan mengurangi impor barang. Lebih baik lagi apabila produk khas Indonesia lebih ditonjolkan dan ditawarkan di Negara sendiri dan Negara lain. Pemerintah juga harus memperhatikan peralatan industri di Indonesia yang kualitas teknologinya tertinggal serta meningkatkan pendidikan pekerja Industri di Indonesia untuk meningkatkan pasokan ekspor dan mengurangi impor. Tetapi, langkah ini juga harus didukung oleh warga Indonesia untuk mengurangi kosumsi produk-produk luar negeri dan lebih mencintai produk dalam negeri.

febhana nocha putra 041311233213

isa ahmad raharjo 041311233217

Isu melemahnya nilai tukar rupiah (penyebab, dampak, bagaimana solusinya)

Isu melemahnya nilai tukar rupiah

(penyebab, dampak, bagaimana solusinya)

 

Pada saat krisis keuangan (dana) berlangsung secara global, banyak sebab yang dapat terjadi. Salah satunya yaitu masalah yang melanda Amerika Serikat. Negara ini telah mengalami krisis dana yang cukup riskan. Untuk menanggulangi hal tersebut, negara Amerika Serikat menjual sebagian surat berharga (obligasinya) kepada umum. Kurang lebih sekitar 60% telah dibeli oleh bank sentral Amerika yaitu The Fed. Sedangkan untuk 40% nya, masih dimiliki oleh pemerintah. The Fed selaku bank sentral memilih memutasikan 60% tersebut. Pihak The Fed melakukannya dengan cara menstimuluskan 60% dana tadi ke negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan lain-lain. Indonesia yang telah mendapat stimulun dari Amerika Serikat mendapat kucuran dana sebesar $80.000.000.000.

Karena adanya krisis yang cukup kritis ini, The Fed mengeluarkan isu akan menarik stimulun yang ada di negara-negara berkembang. Isunya, pihak Amerika Serikat akan menarik stimulun yang ada di Indonesia kurang lebih $30.000.000.000 – $40.000.000.000 dari total kurang lebih $80.000.000.000 pada isu yang beredar sekitar bulan September. Karena adanya isu tersebut, menyebabkan nilai tukar rupiah pada bulan September 2013 yang awalnya Rp11.498 / USD berubah menjadi Rp11.900 / USD pada akhir September. Ternyata pada bulan Oktober 2013, nilai tukar rupiah mulai melemah. Hal ini berarti, pihak The Fed menarik stimulun yang ada.

Pada pertengahan bulan November 2013, nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali menguat menjadi Rp11.450 / USD. Dan pada bulan Desember 2013, The Fed mengeksekusi tapering yang sesuai ultimatum sebelumnya yang awalnya diisukan terjadi pada bulan September 2013. Sehingga nilai tukar rupiah pada Desember 2013 sebesar Rp12.000 / USD.

Hal ini dapat berdampak pada Indonesia. Defisit anggaran bengkak sampai sekitar $5.000.000.000 dan juga tentunya akan berdampak pada nilai tukar rupiah, yang akhirnya akan menyebabkan terjadi inflasi.

Dan yang paling diuntungkan dalam hal seperti ini adalah para pengusaha atau para perusahaan (investor). Hal ini dikarenakan mereka membeli dollar pada saat harga dollar turun (dollar mengalami depresiasi). Sehingga pada saat harga dollar kembali naik (dollar mengalami apresiasi), maka mereka menukarkan dollar ke mata uang rupiah, sehingga mereka mendapatkan nilai rupiah yang tinggi. Dampak lainnya, yakni investor asing yang berada di Indonesia akan menarik investasi / sahamnya dari Indonesia. Indonesia yang selama ini 80% nya adalah impor (importir) harus berupaya melakukan ekspor sebanyak banyaknya.

Lalu, solusi terbaik yang perlu dilakukan pemerintah adalah, yang pertama, merivisi Usaha Kerja Mandiri (UKM), jadi mendanai pengusaha-pengusaha mandiri Indonesia khusunya pengrajin Indonesia agar dapat dijual keluar negeri (ekspor). Kedua, cintai dan belilah produk dalam negeri. Hal itu akan mengurangi penduduk Indonesia mengkonsumsi produk dari luar negeri. Ketiga,meningkatkan produksi Sumber Daya Alam yang cukup melimpah di Indonesia. Keempat, memperbaiki SDM yang ada di Indonesia. Sehingga kualitas SDM yang ada di Indonesia dapat mengolah SDA yang ada di Indonesia. Lalu yang kelima, pemberian modal lebih untuk pengusaha kecil / petani yang dapat disalurkan sebagai subsidi untuk mengolah sebagian lahan / tanah untuk dijual kembali ke Bulog dan mengelolanya kembali untuk kemudian dijualnya kembali pula.

Wacana pada bulan Januari 2014 , The Fed selaku bank sentral AS akan menarik stimulus moneternya. Keputusan ini dinilai bagus karena ketiakpastian telah berkurang. Dari $80.000.000.000 stimulun yang diberikan, The Fed akan menguranginya sebesar $10.000.000.000. Dengan keputusan ini, investor harusnya sudah bisa mengukur resiko investasi.

Dengan adanya wacana ini, pasar Indonesia dapat merespon positif keputusan The Fed yang dapat membuat perekonomian di Amerika Serikat membaik. Membaiknya perekonomian Amerika Serikat akan mendorong ekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat. Hal itu tentunya akan mempengaruhi tingkat ekspor Indonesia ke beberapa negara seperti ke Uni Eropa Diana negara itu adalah terget pasar dari Indonesia.

Aditya ramadhan P        041311233229

Safety nadira                 041311233260

Aji brahmanstya lino      041311233282